Bekawan.co.id, Pangkalpinang – Kondisi anak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mendapat perhatian serius dari Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi.
Salah satu yang menjadi masalah anak di Bangka Belitung adalah stunting atau gangguan pertumbuhan anak karena kekurangan gizi.
Menurut Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto, stunting terjadi kemungkinan karena tingginya angka pernikahan dini di Bangka Belitung.
“Salah satu yang diperhatikan adalah pernikahan dini, cukup tinggi dan angka stunting, mungkin akibat dari pernikahan dini, mungkin perhatian anak kurang optimal, gizinya dan makanannya. Mungkin kualitas di usia remaja, tidak baik dengan kesehatan bayi,” kata Kak Seto kepada media Bekawan.com.id, Kamis (16/2/2023).
Ia menjelaskan tingginya angka perceraian, karena remaja masih labil, emosi.
Anak usia 19 tahun sudah kawin cerai, itu sangat dikhawatirkan karena menganggu kualitas sumberdaya manusia (SDM) di masa depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021, pernikahan dini di Babel tertinggi nomor lima, dengan angka 14,05 persen.
Sementara, persentase angka kelahiran remaja umur 15 -19 tahun di Bangka Belitung (Babel) sebesar 29 persen pada tahun 2022.
Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun ini, secara langsung berhubungan dengan pernikahan dini, serta berdampak pada angka stunting juga.
Soal stunting, berdasarkan status Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Bangka Belitung hanya turun 0,1 persen, awalnya 18,6 persen menjadi 18,5 persen pada tahun 2022.
Ada empat kabupaten yang mengalami penurunan yakni Bangka Barat, Bangka, kota Pangkalpinang dan Belitung Timur.
Sedangkan tiga kabupaten lain seperti Bangka Selatan, Bangka Tengah dan Belitung malah naik.
Reporter : Putri Anggun