BEKAWANC.CO.ID, KOBA – Wakil Bupati Bangka Tengah, Efrianda, beserta tim penilai verifikasi lapangan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melanjutkan perjalanan inovasi selanjutnya di Desa Kurau Barat, Kecamatan Koba pada Kamis (08/05/2025) siang.
Kali ini giliran Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan raksasa dengan inovasi yang diusung, yakni MANGROVE (Manajemen Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove untuk Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi dan Keberlanjutan Ekosistem Lingkungan) yang berlokasi di Kawasan Mangrove Munjang, Desa Kurau Barat.
Kegiatan dimulai dengan menyusuri sungai menggunakan perahu , pengecekan area camping dan edukasi alam, pemaparan singkat hingga sesi tanya jawab.
Efrianda merasa kagum melihat potensi inovasi ini.
“Saya rasa ini sungguh luar biasa, semua inovasi Pemkab Bateng sangat bagus, dan ternyata Mangrove Munjang ini adalah mangrove terbaik tingkat nasional. Semoga kerja keras teman-teman semua bisa menghasilkan hasil terbaik yaitu masuk hadiah 3 besar yang kemudian bisa ke tingkat nasional juga,” tutur Efrianda.
Sementara itu salah seorang penilai, Sriwidayat, menyoroti terkait program keberlanjutan ini di tengah banyak kepentingan lain yang mendesak dan peran Pemkab Bateng dalam mengamati hal tersebut.
Menyanggapi hal tersebut, Wabup Efrianda dengan tegas menyatakan komitmennya.
“Selama kami masih menjadi kepala daerah hingga kami pensiun nanti, kami pastikan dan kami berkomitmen program ini akan terus berlanjut dan berkembang serta tetap sesuai peruntukannya seperti saat ini yaitu hutan lindung,” ucap Efrianda.
Sementara itu, Kepala Bappelitbangda Kabupaten Bangka Tengah sekaligus inovator program ini, Joko Triadhi, mengatakan bahwa inovasi MANGROVE dirancang secara holistik dan terintegrasi agar memberikan hasil yang lebih optimal.
“Kalau di awal mangrove ini tidak terlalu banyak sektornya, misalnya pariwisata. Kemudian kami berpikir untuk memperkaya substansi dari mangrove ini, kami melibatkan Dinas Perikanan, DLH, UMKM dan lainnya termasuk keterlibatan dari perguruan tinggi juga pemerintah pusat. Ini semua hasil kolaborasi kita bersama. Ini yang menjadi alasan inovasi MANGROVE diinisiasi dan dikoordinasi oleh Balpelitbangda karena lintas sektor,” tutur Joko.
Salah seorang penggiat Mangrove Munjang, Yassir, mengatakan bahwa inovasi MANGROVE merupakan langkah awal pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan Pemkab yang diinisiasi oleh Bappelitbangda Bateng.
“Sedikit banyaknya Bappelitbangda telah mendesain besar bahwa mangrove ini harus ada peruntukan nilai ekonominya. Saya selalu menekankan jika ingin udang, kepiting, dan kakap putih dengan kualitas baik maka mangrovenya harus bagus juga, karena salah satu indikator budidaya yang baik dilihat dari kondisi mangrovenya,” kata Yassir.
Seperti perjalanan pengembangan inovasi MANGROVE dimulai dari keberadaan Mangrove Munjang tahun 2019, kemudian dibuat tambak budidaya udang vaname dan nila salin pada tahun 2021, budidaya kepiting kepiting soka tahun 2022, penetapan kampung budidaya budidaya berdasarkan SK Menteri KKP RI Nomor 111 tahun 2023, penetapan Smart Fisheries Village pada tahun 2024, dan pengembangan eco-edu Tourism pada tahun 2025.
Turut hadir dalam kegiatan ini, yakni Kabiro Ortala Provinsi Babel, Tim Penilai KIPP, Staf Ahli Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan Bateng, Asisten Administrasi Umum Setdakab Bateng, Kepala Dinas Perikanan Bateng, Kepala Diskominfosta Bateng, Kabag Ortala Setdakab Bateng, Kabag Ekbang Setdakab Bateng, Camat Koba, perwakilan DLH, Disperindagkop-UKM dan Dinbudparpora Bateng, owner B.Ecoprint serta pelaku usaha lainnya.*