Example floating
Example floating
Uncategorized

Rencana Menambang di Beriga, Ini Kisah Unik Dodi

×

Rencana Menambang di Beriga, Ini Kisah Unik Dodi

Sebarkan artikel ini
Example 468x60
Rencana Menambang di Beriga, Ini Kisah Unik Dodi

Lampur, Bangka Tengah – Penolakan warga masyarakat Desa Batu Beriga, Kabupaten Bangka Tengah terhadap rencana penambangan timah di perairan laut Batu Beriga akhir-akhir ini mewarnai sejumlah laman media.

Mulai dari aksi penolakan saat PT Timah Tbk menyosialisasikan Ponton Isap Produksi (PIP) hingga teranyar, aksi protes warga atas pendirian pos unit PT Timah di desa pesisir itu.

Example 300x600

Berbicara penambangan timah di desa yang berada di ujung timur Bangka Tengah ini pun memantik Dodi, warga Desa Lampur, Kabupaten Bangka Tengah, untuk sedikit bercerita.

Namun pria keturunan Tionghoa kelahiran Toboali ini bukan ingin berbicara tentang rencana penambangan PT Timah Tbk, yang hingga kini ditentang warga.

Dodi hanya ingin sedikit berbagi pengalaman pribadinya. Pengalaman yang ia alami saat ingin menambang timah di Desa Batu Beriga itu.

Lantas seperti apakah pengalaman pria yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia pertambangan timah ini di Desa Batu Beriga itu?

Kepada media ini, Dodi membagikan kisahnya.

“Jadi sekitar tiga tahun lalu, saya bersama tiga teman yang kami semuanya bisnis menambang timah sempat berniat ingin menambang timah di Desa Batu Beriga. Karena kami tahu, timahnya cukup banyak disana,” ucap Dodi di Desa Lampur, Jumat (29/9/2023).

Berbekal keinginan itu, Dodi bersama tiga temannya berangkat dari  Desa Lampur menuju Desa Batu Beriga, pendekatan kepada warga.

“Selama sebulan itu, tiga kali kami datang ke Beriga. Ngobrol dengan warga, bercengkerama lah,” kenang Dodi.

Pada awal perjumpaan, kata Dodi, mereka tak memberitahu warga tentang rencana mereka untuk menambang timah.

Mereka beralasan hanya ingin bersilahturahmi, mengenal lebih dekat warga desa sembari menikmati keindahan pantai dan angin laut desa itu.

Selama bercengkerama, Dodi dan temannya pun merasakan suasana keakraban yang sangat luar biasa. Suasana kekeluargaan.

Kehangatan yang ia rasakan sangat terpatri di hatinya, hingga ia tak segan untuk mengakui ada rasa persaudaraan yang melekat hingga kini.

“Mereka (warga desa,red.) sangat baik. Setiap kami datang, kami disajikan berbagai masakan laut. Udang super yang besar-besar, kepiting, ikan-ikan laut segar hasil tangkapan warga. Sungguh pengalaman yang sangat berkesan,” ujar Dodi menerawang, mengenang kejadian.

Dodi pun berdecak kagum. Mengakui jika perairan laut Batu Beriga sangat kaya akan keanekaragaman biotanya. Melimpah ruah.

Tak jauh bagi warga desa untuk menangkap ikan, udang maupun kepiting. Tak perlu jarak yang bermil mil.

Hanya menaikin sampan kecil dengan mesin tempel, warga sudah bisa membawa hasil aneka makhluk laut yang signifikan.

“Dan setiap kami hendak pulang, selalu diberikan oleh-oleh. Udang, kepiting, ikan. Warga pun tidak mau dibayar, kalau pun ada hanya ganti uang bensin,” ungkap Dodi.

Setelah tiga kali bersilahturahmi, Dodi lantas memberanikan dirinya, mengutarakan maksud dan keinginan mereka, minta diijinkan untuk menambang.

“Singkatnya karena sudah dekat, warga akhirnya mengijinkan. Tapi untuk di bibir pantai, kalo di laut takkan mereka ijinkan,” beber Dodi.

Bahkan, kata Dodi, warga desa sendiri mengajak Dodi melihat langsung kandungan timah yang berada di bibir pantai mereka.

Menggunakan cangkul, Dodi pun melihat kandungan timah itu.

“Kalo kita ambil pasir di aliran sungai kecil, kita goyangkan ditangan, maka akan terlihat timahnya, kaya di daerah itu,” beber Dodi.

Setelah mendapatkan ijin warga setempat, Dodi pun mendapatkan cerita dari salah satu warga desa, jika mereka ingin kaya, mereka juga bisa mengambil timah di desa tersebut.

Namun warga desa itu enggan melakukannya.

Ia telah bahagia dengan kekayaan laut yang ada di Batu Beriga. Ia memilih hidup dari hasil melaut.

“Usai mendapat ijin, kami berempat pamit pulang. Namun ini anehnya, dalam perjalanan pulang, kami berempat terdiam di dalam mobil. Tak satupun bersuara,” kenang Dodi.

Berbagai pikiran, diakui Dodi, berkecamuk di kepalanya. Hatinya bimbang.

“Entah kenapa, kami sudah diijinkan warga, namun dalam perjalanan pulang tiba-tiba ada perasaan yang aneh. Ada rasa tidak enak hati menambang di bibir pantai itu,” ujar Dodi.

Akhirnya tanpa dikomandoi, mereka berempat lantas memutuskan membatalkan rencana mereka untuk mengambil timah di pantai Batu Beriga.

Dodi pun mengakui lega, ada rasa bahagia, saat dirinya tidak jadi menambang di Desa Batu Beriga itu.

“Sepakat kami berempat. Kami tidak mau menambang. Kami hanya malu sama yang punya alat berat. Karena PC sudah di  atas tronton, kami batalkan,” ungkapnya sembari terkekeh.

Menurut Dodi, kehangatan warga dan prinsip hidup yang dianut warga untuk tidak merusak alam menjadi hal yang menggugah sanubarinya.

Ia pun berharap dan berdoa yang terbaik untuk Desa Batu Beriga.

Karena baginya, warga desa Batu Beriga sudah seperti saudara. (lew)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *