Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
DEPATI AMIR telah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden RI pada tahun 2018. Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung dan juga Nusa Tenggara Timur (NTT), pun menyambut gembira. Tapi tahukah kita, siapa dulunya sosok yang getol mengangkat sejarah Depati Amir hingga ke pentas nasional?
SAYA sudah sangat sering mendengar nama sosok ini dari cerita para tokoh-tokoh senior Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Dato Sri Haji Emron Pangkapi dan beberapa tokoh senior lainnya. Namun, sayangnya saya tidak mengenal langsung dan tidak banyak tahu tentang sosok yang sering disebut itu, yakni Ir. Sutiono Jacob Alis. Yang saya tahu dari “ngaji kuping” dari mulut para tokoh-tokoh senior Bangka Belitung, Sutiono Jacob Alis adalah sosok yang memiliki jasa yang tidaklah kecil terhadap perjalanan negeri, Bangka Belitung.
Tiba-tiba, saat perjalanan dari Pangkalpinang ke Desa Kemuja, saya mendapat kiriman beberapa WA dari Dato Sri Haji Emron Pangkapi yang berisikan tentang kisah Sutiono Jacob Alis. Saking senangnya dan menganggap ini penting, sebab saya sedang mengumpulkan dan menulis kiprah para tokoh Bangka Belitung yang telah tiada, seperti Eko Maulana Ali, Hudarni Rani, Zulkarnain Karim, Kiyai Usman Fathan, Rusli Rachman, M. Arub, Malikul Amjad, Idang Rasjidi, dan puluhan lainnya yang insya Allah akan segera saya bukukan. Menerima WA dari Dato Sri Haji Emron Pangkapi, segera saya meminggirkan mobil yang saya setir guna berhenti sejenak untuk membalas WA beliau yang berisikan catatan tentang sosok Sutiono Jacob Alis dan juga tak lupa 2 nomor HP keluarga beliau. Saya hanya pernah mengenal dan silaturrahmi serta ngobrol dengan kakak dari Sutiono Jacob Alis, yaitu Brigjend TNI (Purn) dr. Samsi Jacob Alis di Jakarta sekitar 12 tahun silam. Brigjend TNI (Purn) dr. Samsi Jacob Alis pernah menjadi Kepala RSPAD Jakarta.
Sesampai di Desa Kemuja, saya berhenti di “Warung Kembar Minang” milik kakak saya dan langsung membuka laptop tua yang kerap “ngadat” namun sudah puluhan tahun menemani saya bergoyang jari tuk merangkai kata. Setelah meminta izin kepada Dato Sri Haji Emron Pangkapi, saya pun mulai mengurai kalimat demi kalimat guna menjadi tulisan yang mungkin layak dibaca. So, tulisan ini adalah mayoritas berasal dari catatan dan penuturan lisan Dato Sri Haji Emron Pangkapi, sosok Wartawan Senior, Politisi Nasional, Ketua DPRD Pertama Provinsi Kep. Bangka Belitung, mantan Anggota MPR RI, dan Tokoh Adat Negeri Serumpun Sebalai. Hingga saat ini, beliau adalah salah satu tokoh senior yang menjadi sahabat diskusi saya sebab luas pengetahuan dan pergaulannya.
Ir. Sutiono bin Jacob Alis bin Abok Alis, berasal dari Toboali Bangka Selatan adalah tokoh legendaries yang pernah dimiliki oleh masyarakat Pulau Bangka. Sedangkan ibunya bernama Salmah berasal dari Sungailiat yang memiliki hubungan family dengan Hj. Zahara Abu Bakar (Isteri Guru Hormain Maddati). Sutiono memiliki kakak bernama Brigjend TNI (Purn) dr. Samsi Jacob Alis dan 3 orang adik yang bernama Tuti Jacob Alis, Johanna Jacob Alis dan Sutiyani Jacob Alis.
Menurut sepupu Sutiono Jacob Alis, Sjahrildi Hormain yang kini menetap di Jakarta, sepupunya itu yang bernama Ir. Sutiono Jacob Alis memiliki 4 orang anak semuanya adalah laki-laki. Anak-anaknya adalah alumni ITB dan 3 orang bekerja di Jakarta dan satu orang putranya lagi bekerja dan menetap di Singapura.
Sejak kepulangannya dari Sekolah Tambang di Australia pada tahun 60-an, Ir. Sutiono Jacob Alis diangkat menjadi salah satu pejabat UPTB Timah. Ia pernah menjadi Kepala Eksplorasi, Kawilasi Toboali, Pemali, Mentok, dan Sungailiat. Namun, kemampuan sang putra daerah ini tidak pernah membuat ia diangkat menjadi Direksi. Kalau dalam istilah Dato Sri Haji Emron Pangkapi, “pejabat kelas menengah” akibat dominasi “kaum ruban”. Nampak kala itu ketimpangan terjadi yang membuat Sutiono gerah dan merasa putra daerah terzalimi sebagaimana kakeknya menghadapi penjajahan Belanda. Begitulah pandangan Sutiono Jacob Alis kala itu karena kecintaannya pada tanah kelahirannya. Oleh karenanya, Gerakan Bangka For Bangka dilakukan oleh Sutiono sehingga menghasilkan gelombang putra Bangka banyak yang menjadi karyawan timah sejak tahun 1975, terutama bagi yang lulusan STM.
Sang Pengangkat Sejarah Depati Amir
Depati Amir adalah Pahlawan Nasional yang ditetapkan oleh Presiden RI, Ir. Joko Widodo pada tahun 2018 lalu. Perjuangan Depati Amir menjadi Pahlawan Nasional boleh dikatakan lintas generasi sebagaimana juga perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Depati Amir adalah sosok Pahlawan dari Bangka Belitung dan dibuang oleh Belanda hingga akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama Depati Amir pun kian berkibar, tidak hanya dijadikan nama jalan, namun juga nama Sekolah, Stadion di Pangkalpinang dan yang lebih hebatnya adalah dijadikan nama Bandara (Bandar Udara). Tentunya ini bukan semata-mata diangkat atau diberi nama, namun ada sosok yang getol sejak dulu memperjuangkan hal tersebut.
Dalam catatan yang dikirim ke WA saya, Dato Sri Haji Emron Pangkapi menjelaskan bahwa Ir. Sutiono Jacob Alis adalah sosok pertama yang getol mengangkat sejarah tentang sosok Depati Amir yang kini menjadi Pahlawan Nasional. Hal ini dilakukan misalnya dengan mementaskan Drama Kolosal Perang Depati Amir ke pentas nasional di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta yang menurut Abang Gindrasyah dan Emron Pangkapi, pemain dalam pentas dan naskah tersebut dilakukan bersama Sastrawan Nasional, W.S. Rendra. Disinilahlah pada tahun 1976, Sutiono Jacob Alis mendeklarasikan Depati Amir sebagai Pahlawan Nasional.
Selain itu, ia juga pernah menyelenggarakan Peringatan Perang Depati Amir di Sungailiat Kabupaten Bangka. Saat itu, belum banyak orang yang sudah melupakan sosok dan perjuangan Depati Amir yang telah berjuang melawan penjajahan Belanda pada era-nya. Kegigihan seorang Sutiono Jacob Alis mengenalkan kembali kiprah dan perjuangan Depati Amir membuat nama Depati Amir kembali terangkat ke permukaan ditengah masyarakat Pulau Bangka. Sewaktu masih kecil, seringkali saya mendengar orang-orang tua di kampung saya menyebut nama Depati Amir dengan sebutan “Amer”, kalimat tersebut biasanya diucap dengan kalimat “Sumpah Amer”, Yakni, suatu sumpah yang diucapkan Depati Amir kepada pengkhianat dirinya hingga ditangkap oleh Belanda ditengah perjuangannya.
Suatu ketika, saat stadion OROM Sungailiat akan diresmikan pada tahun 1976, ada usulan untuk dinamakan Stadion Depati Amir, guna mengenang perjuangan dan sosok Depati Amir. Sebuah usulan yang sangat bagus dan pastinya disepakati banyak orang. Namun, ternyata Sutiono Jacob Alis menolak. Mengapa? Bukankah ia adalah sosok yang getol terhadap kepahlawanan Depati Amir dan selalu mengenalkan perang Depati Amir yang heroik?
Ternyata, alasan Sutiono Jacob Alis sangatlah brilian dan membuat orang tercengang. Menurut pecinta dan pelopor Sepakbola Bangka dengan nama PS. Bangka ini, terlalu kecil untuk sosok Depati Amir dinamakan sebuah stadion, sebab kalau ada stadion lain yang lebih besar dibangun, maka itu akan semakin mengecilkan sosok Depati Amir. Menurut Sutiono Jacob Alis, nama Depati Amir justru layak dijadikan nama Kota atau sekurang-kurangnya nama Bandara (Bandar Udara). Sebab, kalau dinamakan Bandara, maka umumnya setiap kota, hanya ada 1 bandara saja, sehingga tidak akan mengecilkan sosok Depati Amir.
Terbukti, apa yang menjadi alasan dari pemikiran seorang Sutiono Jacob Alis kini benar adanya. Bandara Depati Amir tetap berkibar, semakin bersinar dan besar, pastinya tak tergantikan namanya dan tidak tanpa ada bandara lain di Pulau Bangka selain Bandara Depati Amir hingga saat ini. Sedangkan stadion OROM (Olah Raga Obat Masyarakat) kini sudah meredup dan nyaris tak lagi terurus dan malah banyak anak muda generasi sekarang yang tak tahu lagi stadion OROM Sungailiat. Bayangkan, jika Stadion tersebut dinamakan stadion Depati Amir, sedangkan setelahnya muncul stadion-stadion baru yang lebih megah, baik itu di Pangkalpinang maupun Kabupaten lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Walhasil, pada era reformasi, gagasan Ir. Sutiono Jacob Alis menjadikan Bandara Kampung Dul di Pangkalpinang berubah nama menjadi Bandara Depati Amir pada tahun 1999. Berkat kelanjutan dari perjuangan generasi masa kini bersama Pemerintah & PT. Timah, Tbk, Depati Amir ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 2018. Sebuah perjuangan panjang yang insya Allah menjadi kenangan indah, memang begitulah sebuah perjuangan tulus. Kita seyogyanya tidak melupakan sang pelopor itu, Ir. Sutiono Jacob Alis dan kawan-kawan, agar kita tidak jumawa bahwa diri kita adalah sang pelopor dan merasa paling berjasa, padahal…, sebelum kita hadir, ada orang yang telah berbuat sama bahkan lebih….. (BERSAMBUNG…)