Oleh : AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
KITA seyogyanya tidak melupakan sejarah dan para pelaku sejarah, agar tidak jumawa bahwa diri kita adalah pelopor dan paling berjasa, padahal…, sebelum kita hadir dan melangkah, ada orang yang telah berbuat sama bahkan lebih.
Ir. SUTIONO Jacob Alis, namanya memang tidak banyak dikenal oleh generasi muda masa kini. Maklumlah, minimnya literasi dan kurangnya keingintahuan terhadap jasa dan kebaikan para generasi pendahulu membuat generasi kita menjadi generasi defisit pengetahuan masa silam dan inflasi “taipau” (sombong), bahkan tak jarang hal seperti itu terjadi pada pemimpin atau pejabat di pemerintahan. Tentunya ini cukup memilukan bahkan masuk dalam kategori memalukan. Makanya, seringkali kita mendengar “ocehan taipau” pejabat yang berkoar-koar dengan kalimat “ini sejarah baru”, “ini pertama kali”, “kita pelopor” dan ocehan-ocehan lainnya, parahnya lagi media begitu bangga menuliskan ocehannya menjadi judul berita yang seakan fantastis. Bagi yang tidak mengerti hal tersebut dipuja puji, sedangkan bagi yang paham, hanya tersenyum sinis bahkan tertawa sambil berkata: “keliat budu e” (kelihatan bodohnya).
Ir. Sutiono Jacob Alis, seperti yang sudah saya tulis pada tulisan sebelumnya (Episode 1), memiliki peran dan jasa yang sangat penting dalam perjalanan romantika Bangka Belitung, terutama tentang kepahlawanan Depati Amir, Perjuangan pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung era 70-an, keberadaan dan kiprah sepakbola “urang” Bangka bernama PS. Bangka hingga ke kancah nasional, Stadion OROM Sungailiat, gigihnya memperjuangkan putra-putri Bangka menjadi karyawan Timah yang sebelumnya hanya jadi penonton diluar arena serta meninggalkan kesan mendalam di hati para generasi muda era itu karena sosok Ir. Sutiono Jacob Alis menjadi salah satu orang yang berjasa pada kesuksesan yang diraih.
PS. Bangka & Stadion OROM
Kalau berbicara PS. Bangka yang pernah populer di kancah per-sepakbola-an Nasional pada 70 an, maka tidak akan pernah lepas dari sosok Sutiono Jacob Alis. Tokoh legendaris yang memiliki banyak kiprah pada masyarakat Pulau Bangka ini pernah menjadi Ketua PSSI Kabupaten Bangka. Pada era kepemimpinannya yang begitu heroik terhadap sepakbola telah menorehkan sejarah bahwa PS. Bangka masuk 8 Besar PSSI bersama PSMS mewakiliki Sumatera (1970 — 1978) dan PS. Bangka menjadi Runner Up Nasional PSSI Yunior tahun 1976 dan 1978. Tentunya ini sebuah prestasi yang spektakuler dalam dunia persebakbolaan masyarakat Bangka.
Pun demikian, Sutiono Jacob Alis yang lulusan Geologi Universitas Queenland Australia itu tak pernah terlupakan sebagai pendiri Stadion OROM (Olah Raga Obat Masyarakat) di Sungailiat Bangka. Kala itu, Stadion OROM adalah stadion terbaik kedua setelah Stadion Bumi Sriwijaya Palembang. OROM yang diinisiasi oleh Sutiono Jacob Alis ini pernah menjadi stadion Internasional yakni pernah menjadi tempat merumput pemain dari Norwegia dan Chile. Juga di Stadion legendaris ini pula bermain Persija, Warna Agung, Persib, Persipura, Persiraja, dan PSMS.
Stadion OROM adalah stadion penuh kenangan bagi masyarakat Pulau Bangka, sebab disini memiliki banyak mengukir kenangan dan sejarah yang tak terlupakan. Bangunannya yang dulu sangatlah megah dan kokoh, dengan konstruksi besi serta papan di OROM yang begitu kuat. Hingga kini stadion OROM Sungailiat masih kokoh berdiri walaupun tidak lagi gagah seperti dulu sebab kurangnya pemeliharaan.
Namun, dari stadion OROM inilah, selain nama dan pemain PS. Bangka, kiprah seorang Sutiono terhadap sepakbola sampai pada kancah nasional. Kongres PSSI meminta Sutiono sang putra Bangka ini menjadi Sekjend PSSI. Sosok dan pemikirannya dikenal dengan konsep PPSN (Pola Pembinaan Sepakbola Nasional) serta melahirkan Galatama.
Oleh karenanya, bagi masyarakat Pulau Bangka, berbicara tentang stadion OROM dan PS. Bangka, tidak akan pernah lepas dari pernah dan kiprah sosok anak negeri bernama Sutiono Jacob Alis.
Sosok Berjasa Terhadap Kesuksesan Emron Pangkapi
Suatu hari, tanpa saya tanya, Dato Sri Haji Emron Pangkapi bercerita banyak tentang orang-orang yang berjasa pada keberhasilannya hingga saat ini. Menurut saya, ini adalah hal yang sangat bagus dan mendidik, bahwa keberhasilan yang kita raih pastinya ada tangan-tangan dan kiprah orang lain. Salah satu yang beliau ceritakan kepada saya adalah jasa dan kiprah seorang Sutiono Jacob Alis terhadap dirinya.
April 1978, setelah 6 bulan 21 hari menginap di “hotel prodeo” akibat ulah politiknya yang dianggap makar pada Pemilu 1977, Emron Pangkapi dipanggil oleh Ir. Sutiono Jacob Alis. Dihadapan Ketua PS. Bangka itu, Emron Pangkapi dimarahi: “Emron! Kau ini bikin susah abang saja! Gara-gara ulah kamu dan kawan-kawanmu, abang ini bolak-balik dipanggil dan diperiksa Kodim. Banyak orang-orang jadi korban karena ulah kalian ini!”. Emron pun terdiam dan tidak berani menjawab.
“Tapi…. Jujur saja, dari hati yang paling dalam, Abang sangat bangga sama kalian, terutama kau Emron! Abang bangga ada anak-anak Bangka yang peduli terhadap daerahnya yang berani melawan demi kehormatan daerahnya agar tak selalu dinjak-injak…..! Abang melihat kau ini terlalu pintar jadi anak Bangka yang seumuran dengan kau. Bagaimana kalau Abang sekolah-kan kau ke Jakarta, biar kau menjadi orang hebat?” tiba-tiba Ir. Sutiono Jacob Alis menawarkan hal diluar dugaan Emron Pangkapi. Menurut Emron Pangkapi, kalimat yang keluar dari mulut Ir. Sutiono Jacobalis ini tak kan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Karena menurutnya inilah kalimat yang merubah nasibnya hingga bisa seperti saat ini. Sebuah kalimat yang menurut Emron Pangkapi memompa dirinya untuk menjadi orang sukses.
Kalimat yang diucapkan Ir. Sutiono Jacob Alis ini adalah kalimat motivasi untuk Emron Pangkapi bangkit setelah keluar dari penjara. Bahkan ketika menceritakan kenangan ini kepada Penulis, Emron Pangkapi sempat meneteskan air mata. “Sory, kalau ingat ini saya tidak bisa menahan air mata, karena inilah orang yang pertama kali merubah diri saya, membangkitkan semangat saya hingga saya bisa seperti sekarang ini”. Ungkap Emron Pangkapi sambil mengusap air matanya disela-sela kacamata yang ia gunakan.
“Sape yang nguros ko di Jakarta? Family dak de, dak sapelah yang pacak ko pereh di Jakarta” (Siapa yang mengurus saya di Jakarta? Famili tidak ada, tidak ada siapapun yang dapat saya datangi di Jakarta). Tanya Emron Pangkapi dalam bahasa Bangka kepada Ir. Sutiono Jacobalis. “Kau merantau! Mau atau tidak?!” desak Ir. Sutiono Jacob Alis.
Atas desakan tersebut, akhirnya Emron Pangkapi mengiyakan dan bersiap-siap untuk merantau meninggalkan kampung halaman dimana ia membuat kenangan dan sejarah politik di usianya yang masih belia bersama kawan-kawannya seperti Dharma Sutomo (Bang Momok) dan lain sebagainya. Saat itu juga Ir. Sutiono Jacobalis memanggil staf-nya bernama Surono untuk segera menyiapkan tiket pesawat dan surat rekomendasi kepada Emron Pangkapi agar bisa tinggal sementara di Wisma Timah di Rawasari Jakarta serta sedikit logistik (uang) kepada remaja yang dianggapnya memiliki talenta di antara remaja lainnya di Pulau Bangka.
Hanya dalam hitungan hari, Emron Pangkapi pun melangkahkan kaki-nya dengan meninggakan jejak kenangan yang tak mungkin ia lupakan. Inilah titik balik perubahan hidup seorang Emron Pangkapi yang kita kenal sekarang sebagai politikus nasional dalam wadah politik di tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), pernah menjadi Wartawan diberbagai media nasional, Anggota MPR RI, Ketua DPRD Pertama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Petinggi Lembaga Adat Melayu Negeri Serumpun Sebalai.
Ternyata, hingga tulisan ini ditulis dan disebarkan, Dato Sri Haji Emron Pangkapi tidak pernah melupakan tentang kenangan indah dan kebaikan seoerang Ir. Sutiono Jacob Alis. “Tidak hanya saya, banyak orang-orang terutama anak muda kala itu dibantu dan dididik oleh Sutiono Jacob Alis” tambah Emron Pangkapi.
Meninggalkan Jasa Kebaikan Bernilai Sejarah
Menurut Emron Pangkapi, sangat banyak orang-orang, terutama anak muda era itu diangkat hingga berhasil oleh sosok Sutiono Jacob Alis. Namun apakah mereka masih ingat atau tidak? Tapi apapun dan bagaimana pun itu, Sutiono Jacob Alis telah berbuat baik dan meninggalkan kebaikan itu untuk generasi setelahnya. Tinggallah kita hari ini, apakah meninggalkan nilai kebaikan atau tidak pada orang lain atau generasi setelah kita?
Bagi seorang Sutiono Jacob Alis, kegigihan dan perjuangannnya telah membuahkan hasil nyata setelah beliau tiada. Bangka Belitung yang ia perjuangan bersama kawan-kawan pada era 70-an kini resmi sudah menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2000. Namun sayang, dalam hal ini, sosok dan kiprah Sutiono Jacob Alis seringkali terlupakan. Padahal, ia adalah turut serta dalam meletakkan dasar perjuangan Pembentukan Provinsi Bangka Belitung pada tahun 1971. Dia boleh dikatakan adalah Presidium “Pasang Badan”.
Selanjutnya, pada era reformasi, gagasannya menjadikan Bandara di Pangkalpinang berubah nama menjadi Bandara Depati Amir pada tahun 1999. Berkat kelanjutan dari perjuangan generasi masa kini bersama Pemerintah, Depati Amir ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 2018. Sebuah perjuangan panjang dan memang begitulah sebuah perjuangan tulus. Kita seyogyanya tidak melupakan sang pelopor itu, Ir. Sutiono Jacob Alis dan kawan-kawan, agar kita tidak jumawa bahwa diri kita adalah pelopor dan berjasa, padahal…, sebelum kita hadir, ada orang yang telah berbuat sama bahkan lebih.
28 April tahun 1993, di Purworejo sebuah tempat pengembaraannya di usia senja, Sutiono Jacob Alis meninggal dunia dengan meninggalkan banyak inspirasi dan jasa bagi Negeri Serumpun Sebalai, terutama masyarakat Pulau Bangka. Selamat jalan inspirasi dan motivasi kami sebagai generasi masa kini, Ir. Sutiono Jacob Alis. Banyak hal yang telah engkau lakukan di negeri ini, semoga menjadi jasa yang tak terlupakan dan amal ibadah-mu untuk meraih Sorga Allah SWT. Kami generasi muda masa kini, tidak ingin melupakan perjuangan para pendahulu, agar kami tidak menjadi generasi merasa besar sendiri!
Salam Sutiono Jacob Alis!(*)